Ini Daftar 26 Gelar Doctor Honoris Causa Ir Soekarno
Portal Sosmed - Doctor Honoris Causa adalah gelar yang tak asing lagi bagi para pemimpin negara. Pekan lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menerima gelar kehormatan tersebut untuk
kesekian kalinya, yakni dari Universitas Syiah Kuala Banda Aceh.
Dari sekian presiden dan pemimpin dunia, Bung Karno barangkali yang terbanyak mendapat gelar Doctor Honoris Causa. Sang proklamator dianugerahi 26 gelar Doctor Honoris Causa dari 7 universitas dalam negeri dan 19 universitas luar negeri.
"Gelar Doctor Honoris Causa atau doktor kehormatan diberikan kepada seseorang karena dinilai berjasa bagi ilmu pengetahuan dan umat manusia melalui karya-karyanya yang luar biasa. Tidak sembarang orang bisa menerima gelar akademis ini, dan tidak semua perguruan tinggi bisa menganugerahkan doktor kehormatan," kata Kepala Ruang Pengendali dan Analisis Informasi (Situation Room) Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Prananda Prabowo, kepada merdeka.com, Senin (23/9).
Dikutip dari merdeka.com, anak kedua Megawati Soekarnoputri ini membeberkan sejumlah data soal penerimaan Doctor Honoris Causa oleh sang kakek. Data ini dia kumpulkan lewat pengarsipan naskah-naskah Bung Karno yang memang ia geluti.
Berikut ulasan tertulis Prananda:
Bung Karno mendapat gelar Doctor Honoris Causa untuk bidang ilmu yang berbeda-beda. 16 untuk bidang ilmu hukum, 3 untuk bidang ilmu kemasyarakat, 3 untuk ilmu teknik, 3 untuk bidang ilmu agama Islam, dan 1 untuk ilmu sejarah.
Di antaranya dari Universitas Gadjah Mada, Institut Teknologi Bandung, Universitas Padjadjaran, Institut Agama Islam Negeri Jakarta, Universitas Hasanuddin, Istanbul University (Istanbul/Turki), Brazil University (Rio de Janeiro/Brazil), Michigan University (Michigan/USA), dan Al-Azhar University (Kairo/Mesir).
Setiap kali dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa Bung Karno selalu bertanya,
apakah dirinya pantas diberi kehormatan sebesar itu. Menurut Bung Karno, dirinya mempunyai perhatian khusus bila dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa dari universitas dalam negeri.
Untuk itu, beliau berharap pemberian gelar tersebut bukan dimaksudkan menjadi ajang gagahan bagi si penerima dan sekadar sanjungan belaka dari si pemberi.
Bung Karno juga menyadari sebagian gelar Doctor Honoris Causa yang diberikan universitas luar negeri kepada dirinya dalam rangka mempererat hubungan negara tersebut dengan Indonesia.
"[...] memang ada yang memberi gelar Doctor Honoris Causa kepada saya itu, sekadar untuk kehormatan, sekadar untuk hubungan politik [...]", kata Bung Karno saat menerima gelar Doctor Honoris Causa dalam Ilmu Ushuluddin dari Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Jakarta, pada tanggal 2 Desember 1964.
Bung Karno pertama kali mendapat gelar Doctor Honoris Causa dari Far Eastern University-Manila/Philipina pada tanggal 30 Januari 1951. Sedangkan gelar terakhirnya (26) diperolehdari Universitas Muhammadiyah, Jakarta dalam bidang Falsafah Ilmu Tauhid pada tanggal 3 Agustus 1965.
Tahun 1956 merupakan tahun terbanyak Bung Karno dianugerahi gelar Doctor Honoris Causa. Bulan Mei sampai September beliau memperoleh 6 gelar dari universitas luar negeri. Dari Columbia University-New York/USA, Michigan University-Michigan/USA, McGill University-Montreal/Kanada, Berlin University-Berlin Barat/Jerman Barat, Lomonosov University-Moskow/USSR, dan Beograd University-Belgrado/Yugoslavia.
Agaknya tahun 1956 menjadi tahun terbanyak Bung Karno dianugerahi gelar DoctorHonoris Causa berkaitan dengan keberhasilan beliau menggalang kekuatan Asia-Afrika dalam Konferensi Asia-Afrika di Bandung, pada tahun 1955. Dr. Grayson Kirk, president Columbia University, saat memberikan gelar Doctor Honoris Causa Doctor of Law memperkenalkan Bung Karno sebagai a political pioneer of a great frontier of today and tomorrow.
Sementara itu, Berlin University menilai Bung Karno berhasil membuat jembatan antara bangsa-bangsa (a bridge between nations).
Konferensi Asia Afrika yang diselenggarakan di Bandung, tanggal 18-25 April 1955, mencapai kesuksesan besar mempersatukan sikap dan menyusun pedoman kerja sama di antara bangsa-bangsa Asia-Afrika. Konferensi ini menghasilkan deklarasi yang dikenal dengan sebutan Dasasila Bandung, suatu pernyataan politik berisi prinsip-prinsip dasar dalam usaha memajukan perdamaian dan kerja sama dunia.
Di pembukaan Konferensi Asia Africa, Bung Karno menyampaikan pidato yang berjudul: Mari Kita Lahirkan Asia Baru dan Afrika Baru (Let A New Asia and A New Africa Be Born). Beliau mengatakan terharu atas kedatangan 28 pemimpin Asia-Afrika, Inilah konferensi antarbenua yang pertama dari bangsa-bangsa berkulit berwarna di sepanjang sejarah umat manusia!
Saya berharap konferensi ini akan menegaskan kenyataan, bahwa kita, pemimpin pemimpin Asia dan Afrika, mengerti bahwa Asia dan Afrika hanya dapat menjadi sejahtera, apabila mereka bersatu, dan bahkan keamanan seluruh dunia tanpa persatuan Asia-Afrika tidak akan terjamin. Saya harap konferensi ini akan memberikan pedoman kepada umat manusia, akan menunjukkan kepada umat manusia jalan yang harus ditempuhnya untuk mencapai keselamatan dan perdamaian. Saya berharap, bahwa akan menjadi kenyataan, bahwa Asia dan Afrika telah lahir kembali. Ya, lebih dari itu, bahwa Asia Baru dan Afrika Baru telah lahir!
- 30 Januari 1951, Ilmu Hukum, Far Eastern University, Manila, Filipina
- 19 September 1951, Ilmu Hukum, Univ. Gadjah Mada, Indonesia
- 24 Mei 1956, Ilmu Hukum, Columbia University, Amerika Serikat
- 27 Mei 1956, Ilmu Hukum, Michigan University, Amerika Serikat
- 8 Juni 1956, Ilmu Hukum, McGill University, Kanada
- 23 Juni 1956, Ilmu Teknik, Berlin University, Jerman Barat
- 11 September 1956, Ilmu Hukum, Lomonasov University, Moskow, USSR
- 13 September 1956, Ilmu Hukum, Beograd University, Belgrado, Yugoslavia
- 23 September 1959, Ilmu HUkum, Kariova University, Praha, Cekoslowakia
- 27 April 1959, Ilmu Hukum, Istanbul University, Turki
- 30 April 1959, Ilmu Hukum, Warsaw University, Polandia
- 20 Mei 1959, Ilmu Hukum, Brasil University, Ro de Jeneiro, Brasil
- 11 April 1960, Ilmu Politik, Sofia University, Sofia, Bulgaria
- 12 April 1960, Ilmu Politik, Bucharest University, Rumania
- 17 April 1960, Doctor of Engineering, Budapest University, Polandia
- 24 April 1960, Ilmu Filsafat, Al Azhar University, Kairo, Mesir
- 5 Mei 1960, Ilmu Sosial dan Politik, La-Paz university, Bolivia
- 13 September 1962, Ilmu Teknik, ITB, Indonesia
- 2 Februari 1963, Ilmu Kemasyarakatan, UI, Indonesia
- 29 April 1963, Hukum Politik dan HI, Unhas, Indonesia
- 14 Januari 1964, Ilmu Hukum dan Politik, Royal Khmer University, Phnompenh, Kamboja
- 2 Agustus 1964, Ilmu Hukum, University of the Philippines, Manila, Filipina
- 3 November 1964, Ilmu Politik, Pyongyang University, Korea Utara
- 2 Desember 1964, Ilmu Ushuluddin, IAIN Jakarta, Indonesia
- 23 Desember 1964, Ilmu Sejarah, Unpad, Indonesia
- 3 Agustus 1965, Filsafat Ilmu Tauhid, Universitas Muhammadiyah, Jakarta, Indonesia.